Monday, 23 August 2021

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia: Pengalaman Berkunjung ke Perpustakaan Tertinggi di Dunia

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (dokumentasi pribadi, 2020)
Disclaimer: Tulisan ini berdasarkan pengalaman saya berkunjung ke Perpusnas pada awal Januari 2020 lalu, tepat 3 bulan sebelum pandemi.

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (atau lebih populer disebut Perpusnas) merupakan perpustakaan terbesar dan tertinggi di Indonesia, dan juga tertinggi di dunia dengan tinggi bangunan 127 meter. Perpustakaan ini terletak strategis di selatan kawasan Monumen Nasional yang merupakan ikon dari DKI Jakarta dan juga merupakan etalase Indonesia. Perpustakaan ini memiliki 24 lantai, tentu fungsinya berbeda-beda. Mulai dari lantai 1 sampai dengan 4 adalah ruangan lobby, terdapat pula ruang loker untuk menyimpan tas pribadi anda, ruang tata usaha/koperasi, kantin, pameran, serta ruang administrasi untuk pendaftaran sebagai anggota Perpusnas. Sebelum memasuki gedung utama, saya memasuki gedung Perpustakaan Nasional yang merupakan Cagar Budaya. Desain bangunan depan bernuansa Indis.

Pada saat memasuki kawasan Perpusnas, barang bawaan dan saya juga diperiksa melalui metal detector. Pada bangunan bernuansa Indis ini difungsikan sebagai museum sejarah perpustakaan. Salah satu koleksinya yaitu sepeda pustaka.

Sepeda Pustaka (dokumentasi pribadi, 2020)

Sudut lain ruang pameran di Perpusnas (dokumentasi pribadi, 2020)

Instalasi-instalasi di gedung Cagar Budaya (dokumentasi pribadi, 2020)

Memasuki gedung utama, dijumpai dengan rak buku yang besar, lalu ada instalasi bertema pahlawan nasional beserta presiden Jokowi. Sebelum menuju ruangan perpus maupun audiovisual, manuskrip, dsb. bisa menuju ke ruang administrasi untuk mendaftarkan diri sebagai anggota Perpusnas. Di ruang loker, bisa menitipkan barang terlebih dahulu sebelum menuju ke ruang perpustakaan di atasnya. Saya menuju ke lantai 21-22, merupakan ruang perpustakaan umum. Sementara itu di lantai 24 yang notabene lantai tertinggi adalah ruang Nusantara. Koleksi buku dari 34 provinsi ada di lantai ini. Untuk memasuki ruangan tersebut, siapkan selalu kartu tanda anggota Perpusnas. Di lantai ini pula terdapat balkon yang menghadap ke Monas.

Bagian fasad gedung utama Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (dokumentasi pribadi, 2020)


Bagian lobi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (dokumentasi pribadi, 2020)

Berbicara tentang aksesibilitas menuju ke Perpusnas, bisa diakses melalui TransJakarta Koridor 2 (Harmoni-Pulogadung), halte terdekat pada saat menuju Perpusnas berada tepat di depannya, yaitu halte Balaikota. Tinggal menyeberang melalui pelican crossing. Setelah meninggalkan Perpusnas, anda bisa kembali ke halte Balaikota bila tujuannya ke arah timur. Bila ingin ke arah Thamrin, bisa berjalan kaki ke halte Bank Indonesia.

Di atas halte Bank Indonesia, sekarang telah dibongkar dan dibuat halte sementara dalam rangka pembangunan jalur MRT fase 2A (dokumentasi pribadi, 2020)

Mungkin sebagian dari kalian yang membaca ini tidak sabar ingin ke Perpusnas lagi mengingat PPKM Level 3-4 membuat kalian tidak bisa mengunjungi Perpusnas karena tutup. Semoga lekas dibuka kembali ya jika keadaan sudah berangsur normal. Kalau bukan kita, siapa lagi yang bisa lawan COVID-19?

 







Terima kasih kepada yang sudah membaca blog ini!

Friday, 20 August 2021

MRT Jakarta: The Rapid Transit System That Changed Jakarta

MRT Jakarta train called "Ratangga" built by Nippon Sharyo (own documentation, 2020)
 
Previously, I posted a blog about Commuterline. Like what I said before, I will tell this story in this blog about MRT Jakarta. MRT Jakarta is a mass rapid transit (moda raya terpadu) system that linked Lebak Bulus Grab station to Bundaran HI station with stopover at Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M BCA, ASEAN, Senayan, Istora Mandiri, Bendungan Hilir, Setiabudi Astra, and Dukuh Atas BNI station. It will extend to Kota station which still under construction until the opening at around 2024-2025.

Lebak Bulus Grab Station (own documentation, 2020)
 
At Tuesday 7th January, I went to Lebak Bulus Grab station by online bike taxi from South Tangerang. I travelled to Bundaran HI station to catch a bus to Mandiri Museum. The train is completely clean and the station also clean. It has many gates for e-money, so I brought my bank-issued e-money card to buy a ticket by tapping in at the first station and tapping out when arrived at another station. It has platform screen doors which opened when the train stops, and it closes when the train was ready for departure. The train that manufactured by Nippon Sharyo had its own name, they called it "Ratangga", but colloqually called MRTJ 1000 series. It has 6 cars and up to around 1.950 passengers. It had 4 doors each side. After the ASEAN station, the train entered the underground tunnel, due to 6 remaining stations are located underground. After I'd arrived Bundaran HI Station, I continued my journey to Kota Tua by bus.

The Interior of MRTJ 1000 series (own documentation, 2020)

After I came from Kota Tua, I went to Dukuh Atas Station via Bundaran HI Station to transfer from MRT Jakarta to Commuterline to go back to South Tangerang.
I coincidentally saw an automotive YouTuber, Fitra Eri next door when I went to Dukuh Atas Station.

Blok M Plaza, connected to Blok M Station (own documentation, 2020)

At Thursday 9th January, I went to Blok M by bus. Then, I realised that the bus didn't stop below the MRT Station, instead stopping at Blok M Terminal. I Thought I would be lost at the terminal, but managed to go out of the Terminal to go to Blok M Plaza. Thankfully, Blok M Plaza is connected with the MRT Station, so I can go to Dukuh Atas Station from Blok M Station. For me, Dukuh Atas Station is a gateway to the center of Jakarta, so we can ride Commuterline, TransJakarta, MetroTrans, MRT Jakarta, and KA Bandara Airport Train.

The entrance to Dukuh Atas Station (own documentation, 2020)

This is my experience about riding an MRT Jakarta in Jakarta. How about your experience? Let me know by leaving your comments!
 
If you want to travel around Jakarta, just ride public transportation to ease traffic burden!
 
Thank you for reading my blog!